Muscle Building

Peranan Nutrisi Didalam Mengimbangi Pelatihan Fisik


Set Pelatihan & Efek Pelatihan

Pelatihan

Di Amerika, perihal mengenai berapa banyak set pelatihan yang melibatkan kekuatan pertahanan fisik saat melatih otot yang harus dilakukan masih didebatkan, dan tentu saja hal itu tidak bisa dibuatkan standar, karena di Amerika sana selain kulit putih dan mix, juga terdapat orang asia, seperti orang Persia dan Arab (Turki, Arab, dsb), Asia Timur (China, Taiwan, Jepang, Korea) dan juga keturunan Afrika.

Karena setiap fisik orang memiliki kapasitas yang berbeda, sesuai dengan tinggi dan kekuatan otot nya masing masing. Sehingga tidak bisa dibuat standar atau kesepakatan yang absolut. Namun, salah satu presentasi ACSM, dari kelompok yang dipimpin oleh Matheus Barbalho dari Universitas Federal Goiás di Brasil, menawarkan beberapa wawasan besar.


Para peneliti menempatkan 37 sukarelawan melalui program pelatihan selama 24 minggu, melakukan empat jenis pelatihan:
  1. bench press,
  2. lat pull down,
  3. 45 derajat leg press, dan
  4. deadlift berkaki kaku.
Para relawan dibagi menjadi empat kelompok, melakukan total 5, 10, 15, atau 20 set pada tiap kelompok otot per minggu. Kekuatan mereka untuk setiap latihan dinilai dengan tes maksimum 10 repetisi setelah 12 dan 24 minggu, dan ukuran otot mereka diukur dengan USG (Ultrasound).

Keempat kelompok semuanya memperoleh kekuatan dan ukuran masa otot yang berkembang.
Tetapi kelompok yang melakukan 5 dan 10 set pada pelatihannya memiliki efek yang menjadikan fisik lebih kuat dibandingkan grup yang melakukan 15 dan 20 set pada pelatihannya setelah didokumentasikan selama 12 dan 24 minggu.

Untuk ukuran masa otot, keempat kelompok itu memiliki otot yang berkembang serupa atau tidak jauh berbeda. Jadi berdasarkan hasil penelitian ini, 5 hingga 10 set untuk setiap pelatihan otot setiap hari selama per minggu tampaknya tidak hanya cukup, tetapi optimal untuk membangun kekuatan dan ukuran otot.

Penelitian di Brasil itu memang klop dan mendukung pada beberapa kali penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai perkembangan masa otot dan perkembangan kekuatan otot, yang mana hasil dari setiap penelitian tersebut, memberikan konklusi bahwa bahkan apabila orang yang melakukan satu set 8 sampai 12 repetisi per latihan, tiga kali seminggu, cukup untuk memaksimalkan peningkatan kekuatan (meskipun dalam penelitian itu mencatat bahwa peningkatan ukuran masa otot terjadi bagi yang melakukan pelatihan dengan lebih banyak set).

Apabila ingin didebatkan secara detail, maka hal itu membutuhkan waktu yang banyak, namun yang perlu diingat adalah apabila anda bukan binaragawan, dan ingin menjadi lebih kuat untuk alasan kesehatan, maka jika anda memiliki waktu dan memang kondisi fisik sedang fit, alangkah baiknya apabila Anda fokus pada beberapa set namun dilakukan dengan konsentrasi penuh atau fokus didalam pelatihan otot ini daripada melakukan banyak set yang sebenarnya lebih baik dilakukan apabila anda adalah seorang binaragawan.

Penelitian Nutrisi Terhadap Fisik

"Efek latihan pembentukan otot terhadap kepadatan mineral pada tulang jari-jari, tulang belakang, dan pinggul pada pria muda"
Springer link Jounal, sebuah website jurnal dan dokumentasi yang dikususkan untuk referensi riset atau penelitihan, membahas mengenai pembentukan otot dan kepadatan mineral pada tulang. Namun ini untuk pria muda dibawah 30 tahun. Berikut catatan penelitian pada tahun 1989 yang dicatat oleh Springer Link Journal:

We previously demonstrated that muscle-building exercise is associated with increases in serum Gla-protein, serum 1,25(OH)2D, and urinary cyclic AMP. These studies were interpreted to mean that this form of exercise increases bone formation and modifies the vitamin D-endocrine system to provide more calcium for bone. The present investigation was carried out in normal young adult white men to determine the effects of exercise on bone mineral density at weight-bearing and nonweight-bearing sites. Twelve men who had regularly engaged in muscle-building exercises (use of weights, exercise machines, or both) for at least 1 year and 50 age-matched controls (aged 19–40 years) were studied. The body weights of the two groups were not different from each other (78±2 vs. 74±1 kg, NS). Bone mineral density (BMD) of the lumbar spine, trochanter, and femoral neck was measured by dual-photon absorptiometry, and BMD of the midradius was measured by single-photon absorptiometry. It was found that muscle-building exercise was associated with increased BMD at the lumbar spine (1.35±0.03 vs. 1.22±0.02 g/cm2,P<0 .01="" 0.77="" 0.86="" 1.02="" additional="" and="" associated="" at="" bmd="" but="" cm2="" evidence="" exercise="" femoral="" g="" i="" in="" increases="" is="" midradius="" muscle-building="" neck="" nonweight-bearing="" not="" ns="" provide="" sites.="" sites="" studies="" that="" the="" these="" trochanter="" vs.="" weight-bearing="" with="">

Terjemahan:
Dahulu kami telah menunjukan dokumentasi kami mengenai keterkaitan antara pelatihan untuk pembentukan otot dengan peningkatan serum Gla-protein, serum 1,25 (OH) 2D, dan AMP siklik urin (urinary cyclic AMP).

Studi atau penelitian penelitian tersebut memberikan konklusi (jawaban) bahwa jenis pelatihan tersebut dapat meningkatkan pembentukan tulang dan memodifikasi sistem vitamin D-endokrin untuk menyediakan lebih banyak kalsium untuk tulang.

Penyelidikan saat ini (tahun 1989) dilakukan pada pria kulit putih dewasa muda sehat fisik dan mental, untuk menentukan efek olahraga di tempat pelatihan pengangkatan beban dan yang bukan pengangkatan beban terhadap kepadatan mineral pada tulang.

Penelitian ini dilakukan terhadap dua belas pria yang secara teratur melakukan latihan pembentukan otot (penggunaan beban, mesin latihan, atau keduanya) selama setidaknya 1 tahun dan 50 orang lainnya dengan mengelompokkan sesuai usia (usia 19-40 tahun). Bobot tubuh kedua kelompok (12 orang yang sudah melatih fisik selama 1 tahun dan 50 orang umum) tersebut tidak berbeda satu sama lain (berkisar antara 74 sampai 78 kg). Densitas* mineral pada tulang (BMD) dari tulang belakang lumbar, trokanter, dan leher femur diukur dengan dual-photon absorptiometry**, dan BMD midradius diukur dengan single-photon absorptiometry.

* Densitas adalah kepadatan massa
** photon absorptiometry adalah metode pengukuran kepadatan tulang macam x-ray, yang ditemukan oleh John R. Cameron dan James A. Sorenson pada tahun 1963.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa latihan pembentukan otot dikaitkan dengan peningkatan BMD pada:

  1. tulang belakang lumbar 1,35 ± 0,03 vs 1,22 ± 0,02 g / cm2, P lebih kecil dari 0,01,
  2. trochanter 0,99 ± 0,04 vs 0,86 ± 0,02 g / cm2, P lebih kecil dari 0,01, dan
  3. leher femoralis 1,18 ± 0,03 vs 1,02 ± 0,02 g / cm2, P lebih kecil dari 0,001
  4. tetapi tidak pada midradius 0,77 ± 0,02 vs 0,77 ± 0,01 g / cm2, NS.

Studi atau penelitian penelitian tersebut memberikan bukti tambahan bahwa latihan pembentukan otot yang dilakukan ditempat gym (melakukan pelatihan pengangkatan beban) dapat meningkatkan kepadatan mineral pada tulang dibandingkan dengan mereka yang melakukan pelatihan fisik tanpa mengangkat beban.

Salam semangat didalam berolah raga! Dan tetap berlatih!


Sumber:
Outside Portal
Springer Link

Comments

Popular posts from this blog

Rhinos Fitness Club - Pamulang Timur Tanggerang

AKA Gym - Bekasi

Kongkow Gym - Kranji

Cidera Otot Leher

Platinum Gym - Jakarta Timur

Gorilla Gym

King Gym Jakarta

Menteng Fitness Center - Bekasi Barat

Apakah Asam Amino & Fungsi-nya?

Berlatih "Kabel Menyilang"

Join Our New Facebook Group